Teori Belajar Behavioristik



A. Belajar Menurut Teori Behavioristik
Teori Behavioristik adalah salah satu teori pembelajaran yang paling populer dan telah banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses di mana perilaku seseorang diubah melalui pengalaman belajar. Dalam teori Behavioristik, lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang.

Pengertian Belajar
Belajar dalam teori Behavioristik diartikan sebagai perubahan perilaku seseorang yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman belajar yang dialami. Perilaku yang dimaksud adalah semua tindakan, sikap, dan respons yang dapat diamati dari individu tersebut. Dalam teori ini, perubahan perilaku dapat terjadi karena adanya pengaruh lingkungan atau rangsangan yang diberikan.

Proses Belajar
Menurut teori Behavioristik, proses belajar terjadi melalui tiga tahap yaitu tahap stimulus, respons, dan umpan balik. Tahap stimulus adalah tahap di mana individu menerima rangsangan dari lingkungan. Rangsangan tersebut dapat berupa kata-kata, suara, atau gerakan yang dapat dilihat. Setelah menerima rangsangan, individu memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Respons ini dapat berupa tindakan, gerakan, atau kata-kata yang dilontarkan. Setelah memberikan respons, individu menerima umpan balik dari lingkungan. Umpan balik ini berfungsi sebagai evaluasi terhadap respons yang telah diberikan.

Penguatan
Dalam teori Behavioristik, penguatan (reinforcement) sangat penting dalam proses belajar. Penguatan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa suatu respons akan terulang kembali di masa depan. Penguatan dapat berupa pujian, penghargaan, atau hadiah yang diberikan kepada individu setelah memberikan respons yang diharapkan. Sebaliknya, hukuman dapat diberikan jika individu memberikan respons yang tidak diharapkan.

Contoh Belajar Menurut Teori Behavioristik
Sebagai contoh, seorang anak yang belajar membaca dapat diajari dengan menggunakan metode Behavioristik. Guru dapat memberikan rangsangan dengan menunjukkan huruf atau kata pada anak. Kemudian anak memberikan respons dengan menyebutkan huruf atau kata tersebut. Jika anak memberikan respons yang benar, maka guru memberikan penguatan berupa pujian atau penghargaan. Sebaliknya, jika anak memberikan respons yang salah, maka guru memberikan hukuman berupa koreksi atau penjelasan yang lebih detail.

Kesimpulan
Dalam teori Behavioristik, belajar adalah suatu proses di mana perilaku seseorang diubah melalui pengalaman belajar yang dialami. Proses belajar terjadi melalui tahap stimulus, respons, dan umpan balik. Penguatan sangat penting dalam proses belajar, dan dapat berupa pujian, penghargaan, atau hadiah yang diberikan setelah individu memberikan respons yang diharapkan. Sebaliknya, hukuman dapat diberikan jika individu memberikan respons yang tidak diharapkan.

B. Teori Belajar Behavioristik Menurut Para Ahli
Teori belajar Behavioristik adalah teori yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi melalui pengalaman yang diperoleh individu melalui lingkungan sekitar. Berikut adalah ringkasan tentang teori belajar Behavioristik menurut beberapa ahli:

1) Ivan Pavlov: Pavlov menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Ia melakukan eksperimen dengan anjing dan menunjukkan bahwa anjing dapat belajar untuk merespons bunyi lonceng sebagai tanda untuk makanan.
2) John B. Watson: Watson menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses pembentukan perilaku melalui pengalaman. Ia memperkenalkan konsep "little Albert" di mana bayi dikenalkan pada tikus yang menyebabkan rasa takut, sehingga ia belajar untuk takut pada tikus.
3) B.F. Skinner: Skinner memperkenalkan konsep penguatan positif dan negatif sebagai cara untuk mempengaruhi perilaku individu. Ia menyatakan bahwa penguatan positif akan meningkatkan kemungkinan perilaku terulang kembali, sedangkan penguatan negatif akan mengurangi kemungkinan perilaku terulang kembali.
4) Edward Thorndike: Thorndike memperkenalkan konsep "hukum efek" yang menyatakan bahwa perilaku yang menghasilkan efek yang diinginkan akan cenderung terulang kembali, sedangkan perilaku yang menghasilkan efek yang tidak diinginkan akan cenderung tidak terulang kembali.
5) Albert Bandura: Bandura memperkenalkan konsep belajar melalui pengamatan atau modeling, di mana individu dapat belajar melalui pengalaman orang lain. Ia melakukan eksperimen dengan anak-anak yang menonton orang dewasa bermain dengan boneka dan menunjukkan bahwa anak-anak dapat meniru perilaku orang dewasa tersebut.

Kesimpulannya, teori belajar Behavioristik menekankan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi melalui pengalaman individu dan lingkungan sekitar. Para ahli Behavioristik memberikan kontribusi besar dalam pengembangan teori belajar ini dengan memperkenalkan konsep-konsep seperti penguatan, hukum efek, dan belajar melalui pengamatan.

C. Penerapan Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori behavioristik merupakan salah satu teori psikologi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu siswa dalam memperoleh dan memahami materi pembelajaran. Teori ini fokus pada pembelajaran melalui pengalaman, terutama melalui penguatan atau penghukuman atas perilaku yang dilakukan oleh siswa. Berikut ini adalah penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran:

1) Memberikan Penguatan Positif dan Negatif
Penguatan positif dan negatif adalah cara yang efektif untuk membentuk perilaku siswa. Penguatan positif dapat berupa hadiah atau pujian untuk siswa yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan penguatan negatif dapat berupa hukuman atau sanksi bagi siswa yang tidak memenuhi tuntutan pembelajaran.

2) Menggunakan Tugas dan Latihan
Siswa dapat belajar melalui tugas dan latihan yang diberikan oleh guru. Tugas dan latihan dapat diberikan sebagai penguatan atau sebagai hukuman atas perilaku siswa. Selain itu, latihan juga dapat membantu siswa untuk memperkuat pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran.

3) Menerapkan Model-Model Perilaku
Model-model perilaku yang positif dapat memberikan inspirasi bagi siswa untuk meniru dan menerapkan perilaku yang diinginkan. Sebaliknya, model-model perilaku yang negatif dapat dihindari oleh siswa.

4) Menerapkan Sistem Reward
Sistem reward adalah metode yang digunakan untuk memberikan hadiah atau penghargaan kepada siswa yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Sistem ini dapat berupa program imbalan atau jaminan hadiah yang diberikan oleh guru sebagai penguatan positif atas perilaku siswa.

5) Menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan memberikan pengalaman langsung untuk siswa dalam menyelesaikan tugas atau masalah yang ditetapkan. Pembelajaran ini dapat memberikan penguatan positif kepada siswa ketika mereka berhasil menyelesaikan proyek dan memberikan hukuman atau sanksi negatif ketika mereka gagal menyelesaikan proyek.

6) Menerapkan Umpan Balik
Umpan balik atau feedback adalah informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa tentang kinerja atau perilaku mereka dalam proses pembelajaran. Umpan balik yang positif dapat memberikan penguatan positif dan umpan balik yang negatif dapat memberikan penguatan negatif bagi perilaku siswa.

Dalam kesimpulannya, penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu siswa dalam memperoleh dan memahami materi pembelajaran dengan lebih efektif. Guru dapat menggunakan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip teori behavioristik untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan memotivasi siswa dalam proses pembelajaran.

Sumber : Modul belajar mandiri PPG, Internet alert-info

Komentar

Lebih baru Lebih lama